http://3.bp.blogspot.com/-WH_FEtT_Cvs/USDjPDtErPI/AAAAAAAAAjk/0BNlHdiUu9w/s1600/back+to+top+button.gif Blog Kanuragan Extrem: SIASAT PERANG VERSI DUNIA PEWAYANGAN

Selasa, 23 November 2010

SIASAT PERANG VERSI DUNIA PEWAYANGAN
























TELUSUR PETILASAN :

Tak ada kata tidak berjuang dan berperang dalam sejarah umat manusia, mulai dari jaman purba (kala bendu) hingga akhir jaman nantinya (jaman kala mangsa). Umat manusia akan dihadapkan pada eksistensi diri dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan diri pribadi ataupun kelompok dari segala bentuk ancaman, tantangan, rintangan, dan hambatan.

Terlebih di-era jaman yang semakin berkembang pesat akan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimana tidak lagi terjadi keseimbangan antara kebutuhan dengan sumber daya yang tersedia. Hingga berakibat antara satu dengan lainnya akan saling bersinggungan dalam memperjuangankan istilah kata "Kepentingan".

Hingga muncul bentuk akomodasi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, baik yang berbentuk kerjasama,persekutuan, bahkan pada babak akhir berujud konflik dan peperangan

Berikut ini merupakan taktik atau siasat dalam ilmu peperangan kuno yang perlu sekali untuk penulis perkenalkan kepada para sahabat setia. Yang apabila kita pelajari, bentuk dari taktik perang versi kuno (pewayangan = hindu = purwa) tersebut sangat sarat akan makna dari arti filsafati.

Memang bukanlah tandingan untuk taktik peperangan di era persenjataan modern, akan tetapi makna yang tersirat dan tersurat dari siasat peperangan versi lama ini tidak dapat dianggap remeh.

Adapun siasat peperangan yang dapat penulis persembahkan adalah sebagai berikut :

SIASAT PERANG WULAN TUMANGGAL

Siasat perang ini diibaratkan seperti bentuk bulan sabit, dimana seolah-olah wujudnya tidak membahayakan. Tetapi sesungguhnya siasat ini membahayakan karena di ujung sudut dan di tengah barisan selalu siap sedia dengan gerakan yang mudah dilakukan.
Selain dari siasat perang yang digambarkan ini, masih ada pula siasat lain-lainnya, seperti :

Jaladri pasang, yaitu samudera yang sedang pasang airnya, dimana gerak-gerik pasukan diibaratkan air laut pasang yang mematikan.
Emprit neba, ialah burung emprit yang datang menyerbu serentak di sawah. Oleh karena burung-burung menyerbu dalam jumlah banyak, maka rusaklah tanaman padi yang diibaratkan sebagai musuh.
Ada peribahasa Jawa yang berbunyi: Kinepung wakuI binaya mangap, yang artinja dikelilingi seperti pertemuan bingkai bakul dan seperti bertemu dengan buaya ternganga mulutnya. Berarti bahaya yang tak dapat dihindari.

SIASAT PERANG DIRADAMENTA

Diradameta artinya gajah yang sedang marah. Siasat ini menggambarkan kemarahan seekor gajah. Kemarahan yang mengagumkan (sekaligus mengerikan), belalai dan gading gajah itu sangat membahayakan. Dan kekuatannya pun maha dahsyat.
Siasat perang Diradameta ini digunakan Kurawa dalam perang Baratayudha, dimana Prabu Duryudana bertempat di tengkuk dengan Arja Sindurja (Jayadrata) dan Adipati Awangga, barisan Kurawa membentuk gading, sedangkan Prabu Bagadenta sebagai belalai gajah, dan Dahyang Durna berada di kepala gajah.
Bertempur antara Pandawa dan Kurawa dimisalkan seperti laut beradu gelombang, bergema hingga menjulang ke angkasa, dan menggelisahkan Suralaya, maka para Dewa di Suralaya menurunkan hujan bunga ke medan perang itu untuk penghiburan.

SIASAT PERANG GILINGAN RATA

Siasat perang ini sangat hebat, menyerupai roda kereta yang menggelinding dengan dahsyat sehingga apapun apapun yang tergiling akan hancur lebur. Perang dengan siasat ini harus mengerahkan tentara dengan jumlah besar dan harus mampu bergerak cepat, sebab tujuan siasat ini adalah menggempur kekuatan lawan dengan segera dan habis pada seketika itu juga. Siasat ini memerlukan panglima perang yang ulung, hingga musuh yang ditampuhnya tak dapat melawan. Pemimpin gerakan ini sebagian berada di garis depan dan sebagian lagi berada di garis belakang untuk mengelabuhi musuh.

Nach... begitulah gambaran dari sebuah siasat peperangan yang pada hakekatnya antara satu pihak ingin mengalahkan pihak lain demi suatu tujuan dan kepentingan duniawi. Ibarat pepatah : "Menang akan jadi Arang... Kalah akan menjadi Abu..."
Lalu.... mengapa harus ada PERANG...???

Sumber :
http://wayangku.wordpress.com
dari : Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...